Rukun Taqwa
Sebelum ini kita telah membicarakan tentang syarat-syarat taqwa. Sekarang kita membicarakan rukun taqwa. Kalau syarat itu perkara di luar, rukun pula adalah perkara yang di dalam.Cara mendapatkan taqwa adalah satu paket yang terdiri dari tiga perkara. Tiga perkara inilah yang paling penting dan paling asas dari keseluruhan usaha mendapatkan taqwa itu. Kalau tiga perkara ini tidak diperolehi dan tidak dihayati, maka usaha yang lain itu tidak ada arti apa-apa. Kalau dikerjakan pun sia-sia belaka. Tiga perkara dalam paket itu yang dinamakan rukun taqwa adalah:
1. Iman
2. Islam
3. Ihsan
Kita biasa dengar tentang Iman,
Islam, kita pun sudah terbiasa sebut Ihsan sampai sudah lali. Tetapi kita tidak
pernah tahu ketiga-tiga itu adalah rukun taqwa. Ketiga-tiga perkara di atas
yang dijadikan satu paket dinamakan rukun taqwa. Kalau rukun tidak ada kita
tidak dapat tegakkan taqwa. Ibarat rumah, kalau tiang tidak ada, kita tidak bias
mendirikan rumah. Selama ini kita tidak pernah belajar atau diajarkan tentang
rukun taqwa ini. Ia adalah asas, tapak atau benih taqwa. Memang itu salah kita.
Kita belajar pun tidak pernah habis. Belajar sedikit pindah. Belajar sedikit
tinggal.Kalau hendak dikupaskan, ketiga-ketiga istilah ini bolehlah dikaitkan dengan Tauhid, Syariat dan Tasawuf. Iman itu Tauhid, Islam itu Syariat dan Ihsan itu Tasawuf.
Setiap perkara dalam ajaran Islam itu ada rukun dan ada syaratnya. Ada sah dan ada batalnya. Sembahyang misalnya, ada rukun, ada syarat, ada sah dan ada batalnya. Begitu juga dengan puasa dan haji, ada syarat dan rukun, sah dan batalnya. Dengan taqwa tentulah lebih-lebih lagi kerana ia lebih besar dari sembahyang, lebih besar dari puasa dan lebih besar dari haji. Tentu ada rukun, syarat, sah dan batalnya. Orang tidak pernah ceritakan hal ini. Iman, Islam dan Ihsan adalah rukun taqwa. Rukun itu artinya tiang. Kalau tidak ada tiang artinya taqwa tidak bisa dibangun.
Iman ada paketnya, Islam ada paketnya. Begitu juga Ihsan ada paketnya. Contohnya, Islam itu asasnya ialah rukun Islam. Yang tambahannya banyak seperti sembahyang sunat, puasa sunat, berjuang dan lain-lain. Itu semua syariat. Gabungan dari semua itu barulah menjadi rukun taqwa.
Ada Beberapa Rukun lagi Di Dalam Rukun Taqwa
Rukun Dalam RukunWalaupun rukun taqwa itu ialah Iman, Islam dan Ihsan tetapi dalam rukun taqwa itu ada pula rukun-rukun tambahan yang lain di dalamnya. Ia adalah rukun di dalam rukun. Rukun di dalam rukun ini jelasnya seperti berikut:
1 .Iman
Iman di sini ialah apa yang diterangkan di dalam rukun iman yang enam iaitu percaya akan Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya Rasul-Nya, hari Akhirat dan qada` dan qadar. Dalam rukun iman yang enam ini pula, ada empat perkara yang menjadi rukun di dalam rukun. Dalam membangunkan iman di atas rukun iman itu ada empat rukun lagi yaitu:
i. Ilmu
Keenam-enam rukun iman itu tidak bisa dibangun kalau tidak ada ilmu. Kalau kita sekadar percaya tetapi tidak berdasarkan ilmu, tiang pada iman sudah runtuh. Rukun pada rukun iman itu sudah tidak ada. Membangun iman harus atas dasar ilmu supaya kefahaman kita terhadap enam rukun iman itu betul dan tepat.
ii. Faham
Ilmu itu pula harus difahami yakni ia tidak bisa berhenti di akal. Ia harus diserapkan ke dalam hati. Memahaminya dengan akal dan hati.
iii. Yakin
Setelah ilmu tentang rukun iman itu jelas dan difahami, kita harus yakin dengannya. Keyakinan ini tidak bisa dicelahi oleh syak, zan atau waham. Keyakinanlah yang akan mendorong kita menghayatinya. Namun untuk yakin kepada Allah dan perkara lain dalam rukun iman berdasarkan ilmu bukanlah mudah.
iv. Penghayatan
Hendak menghayati inilah yang susah. Menghayati itu maksudnya merasakan bertuhan. Merasakan Allah ada peranan dalam hidup kita. Merasa hebat, cinta dan takut kepad Allah. Merasakan Allah sentiasa melihat, mengetahui dan mengawasi kita. Begitu juga penghayatan tentang rukun-rukun iman yang lain.
Jadi ada empat perkara dalam satu paket yang menjadi rukun kepada rukun iman yang enam. Yakni sah atau tidaknya rukun iman yang enam itu ditentukan oleh empat tiangnya iaitu ilmu, faham, yakin dan penghayatan. Di sini, tidak ada satu perkara pun yang bersifat lahiriah. Kesemuanya bersifat maknawiyah.
Rukun iman itu bukan percaya begitu saja. Kita harus yakin. Mungkin percaya atas dasar ilmu, mudah. Tetapi untuk yakin, itu susah. Ia perlu pemafahaman. Untuk menghayati lebih susah lagi.
Contohnya ada disebut dalam Al Quran dan Hadis:
Maksudnya:
"Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya."
dalam firman yang lain:
Maksudnya:
" Barangsiapa pemurah, dia tidak akan papa bahkan Allah akan pemurah dengannya. Tuhan akan lepaskan dia dari masalah dan diberi rezeki dari sumber Allah."
Walaupun ini kita percaya tetapi realitas di dalam hidup, sandaran kita bukan pada Allah. Itu yang susah.Kita percaya sumber rezeki kita dari Allah tetapi kita bersandar pada duit.Kita percaya tetapi sandaran kita pada kerja. Kita merasa kalau tidak ada kerja, kita tidak bisa makan.Kita percaya Allah memberi rezeki tetapi sandaran kita dengan ilmu.Kita percaya pada Allah tetapi kita merasa kalau kita tidak bersandar pada menteri atau kekuatan politik, kita tidak bisa berdagang, tidak bisa makan.
Susah untuk yakin.Percaya memanglah percaya tetapi untuk yakin, susah. Sedangkan iman itu satu paket yaitu ilmu, faham, yakin dan penghayatan. Kalau tidak cukup paketnya, cacatlah iman. Kalau besar cacatnya, jadi kafir. Kalau kafir, sembahyang dan puasa pun tidak berguna. Kekal dalam Neraka. Kalau dosa kecil ia menjadi besar sebab ia bersangkutan dengan aqidah. Iman itu perlu ada ilmu, faham, yakin dan dihayati, baru sempurna.
2. Islam
Islam merangkumi lima rukun Islam yang kita semua sudah pelajari di masjid dan di surau. Ia adalah mengucapkan dua kalimah syahadah, sembahyang, puasa, zakat dan haji. Seperti juga iman, cara untuk membangun rukun Islam yang lima ini ada rukunnya pula sebagai tiangnya. Kalau tidak ada rukunnya atau tiangnya, bagaimana kita hendak membangun rukun Islam.
Ada lima perkara dalam satu paket yang menjadi rukun kepada tegaknya rukun Islam ini yaitu:
i. Ilmu
Syahadah umpamanya takkan cukup dengan mengucapkan kalimah syahadah dengan tidak ada ilmunya dan tidak tahu tuntutannya. Terjemahannya saja itu tidak cukup. Begitu juga sembahyang. Harus juga berdasarkan ilmu. Jadi rukun Islam itu harus berdasarkan ilmu. Amalan tanpa ilmu akan tertolak.
ii. Faham
Dalam menegakkan rukun Islam, kita harus faham.Kalau dengan ilmu saja, mungkin kita bisa karjakan yang lahirnya tetapi batinnya rusak. Faham perlu untuk menjaga batin atau roh ibadah
iii. Yakin
Yakin menjadi syarat. Kita harus yakin dengan ilmu kita dan ibadah kita itu. Ia adalah perintah Allah. Bukan sekadar suka-suka dan bukan sekadar hobi.
iv. Perlaksanaan( Amalan )
Semua rukun Islam itu haruslah dilaksanakan dan diamalkan mengikut ilmunya. Di sini baru ada perkara lahiriah.
v. Penghayatan( Rasa )
Dalam melaksanakan rukun Islam, ia perlu dihayati supaya bukan lahir saja yang mengerjakan. Hati harus ikut bersama. Sembahyang contohnya harus ada penghayatan.
Rupanya, dalam rukun Islam ada lima lagi rukunnya dalam satu paket. Empat berbentuk dalaman atau batiniah dan satu berbentuk lahiriah.
Ada ilmu, faham, yakin dan laksanakan (amalkan), itu mudah tetapi untuk menghayatinya payah. Apa maksud hayati? Menghayati itu adalah merasa. Contohnya sembahyang. Antara rukunnya ialah membaca Fatehah. Katalah kita ada ilmu tentang surah Al Fatehah. Kita faham tajwid, faham makna dan faham maksudnya. Kita pun baca. Kita bisa baca tetapi belum tentu bisa merasa. Kita baca, cantiklah tajwidnya, faham pula makna dan maksudnya, tetapi sudah bisakah kita merasakan?
Dalam sembahyang didapati ramai orang bisa baca tetapi tidak bisa merasakan. Doa qunut contohnya, bisa dibaca dan mungkin tahu maksud bacaan itu, tetapi tidak bisa dirasakan. Kalau tidak bisa dirasakan maka tidak ada kesannya. Ia tidak sampai ke hati. Padahal kalau kita dapat merasakan, baru ia terarah kepada akal dan roh. Sebab itu seorang yag bisa merasakan, dia tidak buat amalan sunat pun tidak apa. Amalan wajibnya pun sudah cukup berkesan. Ada Sahabat Rasulullah yang tidak buat ibadah sunat tetapi Rasulullah kata dia ahli Syurga. Ibadahnya berkesan, walaupun dia kerjakan yang wajib-wajb saja. Dalam rukun Islam ini, kita haruslah ada ilmu, faham, yakin, amal dan hayati (rasa)
3. Ihsan
Kalau diterjemah secara bahasa atau secara lughah, Ihsan maksudnya berbuat baik. Tetapi Ihsan yang bersifat rohaniah atau hati lain maksudnya.
Ihsan ditakrifkan oleh Rasulullah SAW begini:
"An ta`budallaha kaannaka tarahu, fain lamtakun tarahu fainnahu yarak."
Maksudnya :" Hendaklah kamu sembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Memang kamu tidak bisa melihat Tuhan tetapi hendaklah kamu sedar dan rasakan di dalam hati kamu, bahawa Tuhan melihat kamu." (Riwayat Muslim)
Ihsan itu ialah apabila roh dan akal sedar bahawa Allah sedang melihat. Merasa Allah melihat dan mendengar, mengetahui dan merasa Allah berkuasa mentadbir diri kita. Ada rasa kehambaan dan rasa bertuhan ketika kita laksanakan perintah dan suruhan Allah. Itu sangat sulit kalau jiwa tidak hidup yakni kalau rasa bertuhan tidak ada. Rasa bertuhan itu bukan diwaktu beribadah saja. Waktu tidur dan beristirahat pun, rasa bertuhan itu perlu ada. Bagaimana..?
Bayangkan, kalaulah ada seekor harimau di depan kita, bisakah kita lupakan harimau itu seolah-olah ia tidak ada dan tidak wujud? Kalau ada harimau di depan kita bisakah kita makan dan minum serta melupakan harimau itu begitu saja? Bukan saja untuk melupakan harimau, hendak makan pun kita tidak bias. Tidak tentu arah kita dibuatnya. Harimau tidak sehebat mana pun. Allallah Yang Maha Hebat. Nasib kita di dunia dan Akhirat adalah di tangan-Nya. Kalau Dia kata mati, matilah kita. Kalau Dia kata miskin, akan miskinlah kita. Jadi, bagaimana kita hendak melupakan Allah. Itulah Ihsan.
Yakni, waktu ibadah fardhu dan sunat atau di luar ibadah, terasa Tuhan melihat dan memerhati. Terasa bahawa Dia yang berkuasa di atas diri kita dan serba salah dan tidak tentu arah kita dibuatnya.
Ihsan ini sangat susah untuk diamalkan. Ia ada di dalam ibadah dan ada di luar ibadah. Waktu puasa ada Ihsan, di luar puasa pun ada Ihsan. Waktu sembahyang ada Ihsan, diluar sembahyang pun ada Ihsan. Begitu juga waktu haji. Di dalam dan di luar haji ada Ihsan. Artinya rasa bertuhan tidak bisa hilang. Rasa bahawa Allah itu berkuasa tidak bisa hilang. Rasa Allah itu selalu melihat, mengetahui dan berkehendak tidak bisa hilang.
Inilah yang dimaksud oleh sepotong ayat Al Quran:
"Allazina yazkurunallaha qiyaman waqu`udan wa`ala junubihim."
Maksudnya: "Orang yang mengingati, terkenang-kenangkan Allah diwaktu berdiri, duduk dan ketika berbaring." (Ali Imran:191)
Ertinya, bukan saja dalam ibadah malahan di luar ibadah, sewaktu sedang bekerja, sedang belanja, sedang berjalan, sedang memasak, semua ingat dan terkenang Allah. Inilah rukun Ihsan. Rukun Ihsan itu satu saja yaitu rasa bertuhan, seperti rasa diawasi, rasa dilihat dan rasa Allah sentiasa menguasai kita.
=== bersambung ===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar