Dalam postingan kali ini kita membicarakan tentang wasilah.Wasilah itu bukan syarat.Ianya juga bukan rukun.Ia lebih kepada kaedah atau method .Pada bahasa,wasilah bermaksud perantaraan.Tetapi pada syarak,maksudnya berbeza dan perkara ini akan diterangkan seterusnya.
Mari kita baca satu ayat yang menerangkan bagaimana kita bisa mendapatkan taqwa dari Allah. bagaimana kita dapat taqwa. Firman Allah SWT:
`` Ya ayyuhallazi naamanuttaqullaha wabtaghu ilaihil wasilata wajahidu fisabilihi la`allakum tuflihun."
Maksudnya: "Wahai orang mukmin, hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah, hendaklah kamu mencari wasilah atau jalan untuk sampai bertaqwa pada Tuhan dan hendaklah kamu berjuang pada jalannya,moga-moga kamu mendapat kemenangan ( di dunia dan di Akhirat)." ( Al Maidah:35)
Taqwa itu penting. Kita telah huraikan sebelum ini bahawa ia merupakan aset umat Islam dunia dan Akhirat. Untuk mendapatkannya seperti dalam ayat yang di atas ada dua jalan:
1. Wasilah yaitu perantaraan yang sampai kepada Allah termasuk
jalan-jalan supaya kita dipelihara oleh Allah.
2. Jihad (berjuang) pada jalan Allah
Jalan Wasilah
Apa yang maksud dengan wasilah? Wasilah di sini ada dua pengertian iaitu:
1. Melakukan kerja-kerja kebaikan, kebajikan
dan amal-amal soleh yang berbentuk hablumminallah dan hablumminannas . Kita
akan sampai dipelihara oleh Allah nanti. Kita akan sampai kepada Allah. Artinya
Allah terima, Allah redha lalu Allah akan jamin keselamatan kita dunia dan
Akhirat.
2. Pengertian yang lebih utama dari pengertian
di atas ialah kita perlu mencari guru atau mursyid untuk memimpin kita kepada Allah.
Wasilah di sini maksudnya guru atau mursyid yang memimpin dan mendidik. Jadi,
cari wasilah dengan maksud kedua ialahkita harus mencari guru yang memimpin
kita kepada Allah supaya sifat taqwa itu dapat kita miliki atau dengan
kata-kata lain, kita dapat perlindungan dari Allah. Kalau kita tidak ada guru
atau mursyid yang membawa dan memimpin kita maka kita tidak akan sampai kepada Allah.
Walau seorang itu alim atau kuat beribadah bagaimana pun tetapi kalau tidak ada
mursyid, insyaAllah dalam masalah agama, syaitanlah yang akan memimpinnya.
Sebab itu Sayidina Ali ada berkata
,"Barangsiapa yang tidak ada syeikh atau guru maka syaitanlah yang
akan menjadi gurunya"Kalau kita baca sejarah silam, ramai ahli abid yang sudah zuhud, yang sudah menghabiskan waktu untuk beribadah, yang sudah terputus dengan hal-hal dunia hingga kagum kita mendengarnya tetapi ramai yang disesatkan oleh syaitan. Dalam Quran diceritakan kisah Bal`am, Barsisa dan lain-lain lagi yang disesatkan syaitan sebab mereka tidak ada guru, tidak ada mursyid. Begitu hebat ibadah mereka sampai tinggal dunia tetapi rupanya dalam masalah agama, syaitan menjadi guru atau mursyid mereka. Kalau di zaman rasul, Rasulullah guru mursyid. Di zaman khalifah maka khalifahlah guru mursyid. Kalau ada mujadid maka mujadidlah guru mursyid. Waktu ada mujadid maka ulama patut juga bergurukan mujadid. Kalau mereka bersendiri dan tidak mahu mencari mujadid sebagai mursyid, mereka akan tersesat, sekalipun mereka pakar tafsir, pakar feqah, pakar tasawuf atau pakar usuluddin. Berdasarkan ayat tadi maka wajib kita mencari mursyid.
Maka fahamlah kita bahawa makna wasilah itu ada dua:
1. Wasilah itu adalah amalan-amalan yang bisa
mendekatkan kita kepada Allah. yaitu ibadah berbentuk hablumminallah dan
hablumminannas.
Banyak ibadah yang bisa kita lakukan untuk mendatangkan kasih sayang dan belas kasihan Allah. Melalui ibadah-ibadah tersebut, Allah akan membantu kita dan Allah akan mempermudah urusan kita. Allah akan jauhkan bala bencana dari kita. Allah akan ampunkan dosa kita. Disamping ibadah asas, ibadah-ibadah ini termasuk bertaubat, menebus dosa, sembahyang malam, bersedekah, berkasih sayang, bermaaf-maafan, sembahyang hajat dan sebagainya.
Banyak ibadah yang bisa kita lakukan untuk mendatangkan kasih sayang dan belas kasihan Allah. Melalui ibadah-ibadah tersebut, Allah akan membantu kita dan Allah akan mempermudah urusan kita. Allah akan jauhkan bala bencana dari kita. Allah akan ampunkan dosa kita. Disamping ibadah asas, ibadah-ibadah ini termasuk bertaubat, menebus dosa, sembahyang malam, bersedekah, berkasih sayang, bermaaf-maafan, sembahyang hajat dan sebagainya.
2. Wasilah itu juga adalah guru mursyid yang bisa
memimpin kita kepada Allah, yang bisa membawa kita kepada Allah, yang bisa mendekatkan
diri kita kepada Allah. Termasuklah di sini tarekat dan amalan terekat kerana
ia adalah platform untuk mursyid memimpin dan mendidik kita di samping ia
adalah saluran barakah. Tarekat itu termasuk wasilah. Rugilah orang yang tidak
ada atau belum ada tarekat.
Ada Hadis yang mengatakan:Maksudnya: "Hendaklah kamu bersama Tuhan, kalau tidak bisa, maka hendaklah kamu bersama orang yang bisa bersama Tuhan (yang bisa memimpin kita kepada Tuhan)."
Wasilah melalui perhubungan atau perantaraan orang-orang Tuhan dikatakan juga tawasul. Kita rujuk kepada doa yang kita baca selepas azan yang berbunyi:
"Aati sayyidana Muhammadi nil wasilata."
Maksudnya: "Wahai Tuhan, Engkau jadikanlah Nabi Muhammad itu wasilah bagi kami."
Maksud doa ini ialah kita minta kepada Allah supaya nabi Muhammad itu menjadi wasilah atau perantaraan kita sebab belum tentu Rasulullah mahu menjadi wasilah bagi kita. Walaupun Rasulullah itu memang berperanan sebagai wasilah (penghubung atau perantaraan) kita dengan Allah tetapi belum tentu dia mahu menjadi penghubung untuk semua orang. Ada orang yang dia tolak dan tidak mahu menjadi penghubung baginya. Rasulullah SAW hanya mahu menjadi wasilah bagi orang-orang soleh. Ini yang kita takutkan. Oleh kerna itu kita berdoa secara khusus agar Allah menjadikan Rasulullah itu wasilah bagi kita.
Wasilah itu pula ada wasilah lahir dan ada wasilah batin. Contoh wasilah lahir, Rasulullah mendapat wahyu dari Allah dan disampaikan wahyu itu kepada kita. Rasulullah juga belajar dari Allah bagaimana untuk berakhlak dan bagaimana untuk hidup secara Islam. Kita pun melihatnya dan kita tiru dia. Kita jadikandia sebagai contoh. Maknanya ketika itu dia menjadi wasilah lahir kita. Dia jadi perantaraan atau orang tengah.
Wasilah batin pula adalah wasilah yang bersifat rohaniah, Rasululah itu perlu kita kaitkan dalam semua ibadah dan doa kita. Contohnya, dalam dua kalimah syahadah, ada syahadah Allah dan ada syahadah Rasul. Kalau tidak ada syahadah Rasul, maka syahadah kita tidak sah. Dalam berdoa, kita disuruh bermula dengan selawat dan disudahi dengan selawat kedua. Rasulullah itu bisa membantu dan menolong kita secara rohaniah walaupun Baginda sudah wafat namun rohnya adalah muqaddasah (suci) dan mutasarrif (bisa berperanan).
Disamping Rasulullah SAW, pemimpin yang berwatak rasul atau mujaddid di setiap zaman itu adalah juga sebagai wasilah.Mereka bias membantu kita secara rohaniah terutama dalam hal-hal memperbaiki diri dan mengusahakan taqwa.
Itulah maksud wasilah. Mencari wasilah itu untuk tujuan menjaga dan memelihara diri kita, untuk keselamatan kita di dunia dan Akhirat. Wasilah itu adalah jalan menuju kepada Allah.
Jalan Jihad (Berjuang)
Selain
itu walaupun kita ada wasilah, ada guru yang memimpin kita untuk membuat
amalan-amalan kebajikan dan amalan-amalan soleh yang berbentuk hablumminallah
dan hablumminannas , kita harus ada jihad perjuangan. Tidak ada jihad,
tidak bisa pergi. Jadi kalau ditafsirkan ayat Al Quran (Al Maidah:35) tadi,
tidak bisa kita pisahkan antara jihad dan wasilah itu sendiri. Hendak
laksanakan wasilah kita tidak akan mampu kalau tidak ada jihad. Apakah jihad
melawan hawa nafsu atau jihad melawan musuh-musuh luar yang agak mengganggu.
Yang paling mengganggu adalah nafsu. Walaupun ada wasilah guru penunjuk jalan
dan ada wasilah membuat amalan-amalan soleh yang juga adalah hasil dari
petunjuk guru tetapi untuk berhasil, ianya terpulang pada diri kita sendiri.
Guru sudah tunjuk jalan. Keberhasilannya ditentukan oleh sejauh mana kita bias
berjuang dan bermujahadah.
Kalau bisa bermujahadah, bisa berjihad dengan baik apakah itu musuh-musuh luar lebih-lebih lagi terhadap musuh-musuh batin, di mana jihad itu menggunakan wasilah, barulah bisa sampai kepada Allah. Jadi tidak bisa dipisahkan antara jihad dan wasilah. Jihad itu sendiri adalah kerana hendak melakukan dua perkara tersebut iaitu hendak menfaatkan wasilah dan hasil dari petunjuk guru supaya dia dapat mujahadah . Untuk mujahadah itu banyak gangguannya.
Sebab itu Allah urutkan wasilah, setelah itu jihad. Wajahidu fisabilihi. Jadi kalau wasilah itu kita faham dan kita hayati, agar bisa berhasail menggunakan jihad atau mujahadah iaitu mujahadah ke luar dan ke dalam dengan ilmu, dengan faham, dengan pimpinan dan dengan mujahadah maka apa kata Allah: " la`allakum tuflihun" (moga-moga kamu mendapat kemenangan dunia dan Akhirat).
Itupun Allah baru kata `moga-moga`, masih tidak pasti . Padahal Allah sudah tunjukkan jalan. Kita pun sudah faham jalan tetapi Allah kata `moga-moga saja engkau mendapat kemenangan`. Artinya di situ ada rahsia. Mungkin dihujung-hujung ada kebimbangan. Sebab syaitan akan buru kita sampai mati. Takut-takut di hujung di waktu sakaratul maut , kita terkandas. Sebab itu Allah berkata, `moga-moga saja engkau mendapat kemenangan`. Allah masih tidak menetapkan kerana syaitan tunggu. Walaupun di perjalanan, syaitan tidak berhasil menipu tetapi dia tunggu di hujung. Begitu pendendamnya syaitan. Kalau waktu nazak dia dapat menipu, kita sudah tidak sempat bertaubat lagi. Kalau dalam perjalanan, masih ada peluang. Kalau kita fikirkan ini, cemasnya menghadapi kematian. Bukan soal azabnya tetapi takut-takut kita kandas last minute . Sebab itu kalau orang fikir mati, hilang selera untuk buat maksiat.
Jadi taqwa itu penting yaitu semua sifat-sifat mahmudah yang dikehendaki perlu dimiliki. Rupanya untuk memiliki sifat taqwa bukan hanya sifat takut saja.Ia tidak cukup. Untuk memiliki sifat taqwa yang di dalamnya ada berbagai-bagai sifat mahmudah harus ada wasilah. Wasilah ada dua iaitu guru serta tarekat dan amalan kita yang berbentuk hablumminallah dan hablumminannas . Untuk menghasilkan wasilah, perlu berjihad yaitu mujahadah terhadap musuh luar tetapi yang utama ialah mujahadah terhadap musuh dalam yaitu nafsu dan syaitan yang sangat bahaya , lebih bahaya daripada musuh-musuh luar.
Jadi kalau kita faham arti taqwa, ada ilmunya, dihayati, ada guru yang memimpin dan mendidik kita serta kita gunakan tenaga untuk berjihad melalui mujahadah kita, insyaAllah, kita akan dapat kemenangan dunia dan Akhirat.
Kalau bisa bermujahadah, bisa berjihad dengan baik apakah itu musuh-musuh luar lebih-lebih lagi terhadap musuh-musuh batin, di mana jihad itu menggunakan wasilah, barulah bisa sampai kepada Allah. Jadi tidak bisa dipisahkan antara jihad dan wasilah. Jihad itu sendiri adalah kerana hendak melakukan dua perkara tersebut iaitu hendak menfaatkan wasilah dan hasil dari petunjuk guru supaya dia dapat mujahadah . Untuk mujahadah itu banyak gangguannya.
Sebab itu Allah urutkan wasilah, setelah itu jihad. Wajahidu fisabilihi. Jadi kalau wasilah itu kita faham dan kita hayati, agar bisa berhasail menggunakan jihad atau mujahadah iaitu mujahadah ke luar dan ke dalam dengan ilmu, dengan faham, dengan pimpinan dan dengan mujahadah maka apa kata Allah: " la`allakum tuflihun" (moga-moga kamu mendapat kemenangan dunia dan Akhirat).
Itupun Allah baru kata `moga-moga`, masih tidak pasti . Padahal Allah sudah tunjukkan jalan. Kita pun sudah faham jalan tetapi Allah kata `moga-moga saja engkau mendapat kemenangan`. Artinya di situ ada rahsia. Mungkin dihujung-hujung ada kebimbangan. Sebab syaitan akan buru kita sampai mati. Takut-takut di hujung di waktu sakaratul maut , kita terkandas. Sebab itu Allah berkata, `moga-moga saja engkau mendapat kemenangan`. Allah masih tidak menetapkan kerana syaitan tunggu. Walaupun di perjalanan, syaitan tidak berhasil menipu tetapi dia tunggu di hujung. Begitu pendendamnya syaitan. Kalau waktu nazak dia dapat menipu, kita sudah tidak sempat bertaubat lagi. Kalau dalam perjalanan, masih ada peluang. Kalau kita fikirkan ini, cemasnya menghadapi kematian. Bukan soal azabnya tetapi takut-takut kita kandas last minute . Sebab itu kalau orang fikir mati, hilang selera untuk buat maksiat.
Jadi taqwa itu penting yaitu semua sifat-sifat mahmudah yang dikehendaki perlu dimiliki. Rupanya untuk memiliki sifat taqwa bukan hanya sifat takut saja.Ia tidak cukup. Untuk memiliki sifat taqwa yang di dalamnya ada berbagai-bagai sifat mahmudah harus ada wasilah. Wasilah ada dua iaitu guru serta tarekat dan amalan kita yang berbentuk hablumminallah dan hablumminannas . Untuk menghasilkan wasilah, perlu berjihad yaitu mujahadah terhadap musuh luar tetapi yang utama ialah mujahadah terhadap musuh dalam yaitu nafsu dan syaitan yang sangat bahaya , lebih bahaya daripada musuh-musuh luar.
Jadi kalau kita faham arti taqwa, ada ilmunya, dihayati, ada guru yang memimpin dan mendidik kita serta kita gunakan tenaga untuk berjihad melalui mujahadah kita, insyaAllah, kita akan dapat kemenangan dunia dan Akhirat.
=== bersmbung ===
Wasilah melalui mursyid yang diterangkan di sini adalah berdasarkan aqidah Syi'ah yang telah tersesat jauh dari ajaran Islam yang sebenar. Maka berhati-hati dan jangan sampai terpedaya dengan dakyah syaitan.
BalasHapus