Kita perlu ingat bahawa benda-benda lahir itu syariat. Syariat dalam ajaran Islam ialah kulit. Kalau kulit saja yang ada, tidak ada isinya maka dia tidak ada arti apa-apa. Contohnya, kalau kita beli buah, yang kita inginkan isi. Katakanlah kita beli ubi kayu tentu ada kulitnya. Kalau tidak ada kulit, isi mudah rusak, namun yang penting ialah isinya. Dalam Islam ada kulit dan ada isi. Kulit dan isi harus dipertahankan, tetapi keutamaan adalah pada isi.
Syariat adalah rangka. Kalau rangka saja yang ada, tidak bernyawa, tidak ada roh, maka tidak ada arti apa-apa. Sebab itu dalam ajaran Islam, makan bangkai itu haram. Sebab makan satu benda yang asalnya sudah tidak ada nyawa. Yang halal itu waktu ada nyawa dan disembelih. Kalau makan kambing yang sudah tidak bernyawa walaupun masih segar dagingnya, haram hukumnya. Itu adalah sindiran Allah.
Kita berikan contoh dalam ibadah dasar, seperti sembahyang. Rukuk, sujud dan bacaan-bacaan itu rangka. Kalau hanya badan sahaja yang rukuk, tetapi hati tidak rukuk artinya kita hanya bawa rangka. Kita hanya bawa rangka yang dalamnya bolong. Kalau badan saja yang sujud, hati tidak sujud, artinya rangka saja yang sujud. Sebab itu kadang-kadang dalam meniti di atas syariat pun, dalam melaksanakan ibadah fardhu pun, kita tidak dapat menambah taqwa. Padahal itu ibadah dasar. Kalau kita bawa rangka saja atau kulit saja tetapi tidak membawa roh dan isinya maka ibadah seperti itu tidak akan pernah menambah taqwa.
Taqwa adalah benda dalaman. Dia bersifat rohaniah, paling tidak dia bersifat maknawiyah. Kalau tidak ada rohaniah, walaupun ibadah itu bagus, walaupun dia mejadi buah bibir orang sekampung, namun ia hanya bangkai. Sembahyang bangkai, haji bangkai, perjuangan bangkai, pendidikan bangkai, jemaah bangkai, ekonomi bangkai dan kebudayaan pun bangkai. dianya tidak bernyawa dan tidak bernilai di sisi Allah. Padahal itu syariat, namun kalau tidak ada rohnya, ia tidak akan bisa menambah taqwa.
Apa kata orang? Hebat orang ini, hebat Islam orang ini. Macam-macam syariat dibangunkan. Tetapi isi tidak ada. Manusia melihat syariatnya dilakukan, yang sunat pun dilakukan. Satu negara berkata orang ini hebat, orang ini kuat syariatnya. Itulah yang kita lihat, tetapi dalamnya kosong, tidak ada isinya. Allah berkata ibadah yang dikerjakan orang itu adalah ibadah bangkai. Manusia lain tidak bisa protes dan tidak bisa komen sebab lahirnya bagus. Tetapi Allah melihat yang dalamnya. Syariat lahir itu dinilai 10% saja, yang dalamannya 90%.
Katakanlah kita hendak membangunkan ekonomi. Allah kata bangun ekonomi untuk menambah taqwa. Tetapi kita hanya nampak untung. Belum berdagang, di depan kita untung. Mengapa nampak untung bukan taqwa? Sedangkan berdagang bertujuan untuk menambah taqwa. Mengapa kita berdagang hendak menambah untung. Ini salah. Seharusnya kita berdagang niatnya untuk menambah sifat taqwa. Di setiap perdagangan tambah sedikit sifat taqwa. Kemudian tambah di kebudayaan sedikit, di klinik sedikit, di sekolah sedikit, campur-campur maka jumlahnya menjadi banyak.
Jadi sifat taqwa itu banyak berkaitan dengan hal-hal dalaman. Soal syariat lahir hanya 10%, yang dalaman 90%. Apakah mudah kita kita hendak berniaga? Hendak memberi nyawa kepada perdagangan kita supaya ia tidak menjadi minimarket bangkai, supermarket bangkai atau hypermarket bangkai. Bukan mudah hendak memberi roh pada perdagangan. Apabila dikatakan roh, semua yang terlibat dalam perdagangan tersebut dari pemimpin-pemimpinnya, pengurus-pengurusnya, petugas-petugasnya, fikiran dan hati-hati mereka harus sama dan sejalan. Semua hati-hati orang yang terlibat harus berkata bahawa membuka kedai itu untuk mengabdi, bukan untuk untung. Moga-moga dari situlah kita dapat menarik orang kepada Islam. Kita dapat berkasih sayang. Kita diterima oleh pelanggan-pelanggan, dapat menolong orang, dapat memberi kemudahan-kemudahan kepada orang. Itu rohnya yang bertapak di hati. Kalau itu yang kita maksudkan dan niatkan, rugi pun kita masih bisa bahagia. Sebab tujuan kita sudah sampai dan mendapatkan sifat taqwa. Kalau untung, alhamdulillah . Di dunia saja sudah dapat balasan. Di Akhirat kelak akan mendapat balasan yang lebih besar.
===bersambung===
bagaimana cara mengetahui daleman diri kita atau seseorang
BalasHapus